Jumat, 19 Desember 2014

Makalah Tentang SUKU NIAS - singkat


BAB I
Pendahuluan
1.1.             Latar belakang
         Budaya meruapakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia.Seseorang yang merupakan penduduk Indonesia pasti masuk ke dalam suku tertentu. Suku yang terdapat di Indonesia sangat beragam, berjumlah ribuan.
         Disini, saya akan membahas tentang “Suku Nias”.  Suku Nias merupakan suku yang memiliki kebudayaan yang beraneka ragam dan unik.

1.2.             Rumusan masalah
1.      Apa suku Nias dan dimana letaknya?
2.      Bagaimana kependudukan di Nias?
3.      Bagaimana sistem kemsyarakatan yang ada di Nias?
4.      Bagaimana asal-usul suku Nias?
5.      Marga dan kekerabatan apa saja yang ada di Nias?
6.      Kepercayaan apa yang dianut oleh suku Nias?
7.      Bagaimana sistem perkawinan yang ada Nias?
8.      Mata pencaharian apa yang dimiliki oleh masyarakat Nias?
9.      Bagaimana keadaan masyarakat Nias sekarang?
10.  Bahasa apa yang dipakai oleh masyarakat Nias?
11.  Kebudayaan apa saja yang terdapat di Nias?

1.3        Tujuan penelitian
            Makalah ini disusun dengan untuk:
1.      Mengetahui apa itu suku Nias dan dimana letaknya.
2.      Mengetahui bagaimana kependudukan di Nias.
3.      Mengetahui bagaimana sistem kemsyarakatan yang ada di Nias.
4.      Mengetahui bagaimana asal-usul suku Nias.
5.      Mengetahui marga dan kekerabatan apa saja yang ada di Nias.
6.      Mengetahui kepercayaan apa yang dianut oleh suku Nias.
7.      Mengetahui bagaimana sistem perkawinan yang ada Nias.
8.      Mengetahui mata pencaharian apa yang dimiliki oleh masyarakat Nias.
9.      Mengetahui bagaimana keadaan masyarakat Nias sekarang.
10.  Mengetahui bahasa apa yang dipakai oleh masyarakat Nias.
11.  Mengetahui kebudayaan apa saja yang terdapat di Nias.


BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian dan Letak Geografis
        Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah). Suku Nias merupakan suku yang menempati Pulau Nias, Sumatera, Indonesia.


2.2 Kependudukan Masyarakat NiasJumlah penduduk Kabupaten Nias tahun 2007 adalah  442.548 jiwa dengan kepadatan penduduk 127 jiwa/km² dan 85.361 rumahtangga. Keadaan penduduk menunjukan bahwasanya lebih banyak jumlah perempuan daripada laki-laki.
2.3 Sistem Kemasyarakatan        Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari.
2.4 Asal Usul       Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau Nias.
2.5 Marga dan Kekerabatan Nias       Suku Nias menerapkan sistem marga mengikuti garis ayah (patrilineal). Marga-marga umumnya berasal dari kampung-kampung pemukiman yang ada.
Berikut beberapa Marga yang ada di dalam suku Nias :

Amazihönö, Baeha, Baene, Bate'e, Bawamenewi, Bawaniwa'ö, Bawö, Bali, Bohalima, Bu'ulölö, Buaya, Bunawölö, Bulu'aro, Bago, Bawa'ulu, Bidaya, Bazikho, Dakhi, Daeli, Daya, Dohare, Dohöna, Duha, Duho, Dohude, Fau, Farasi, Finowa'a, Fakho, Fa'ana,Famaugu, Fanaetu, Falakhi, Gaho, Garamba, Gea, Ge'e, Giawa, Gowasa, Gulö, Ganumba, Gaurifa, Gohae, Gori, Gari, Halawa, Harefa, Haria, Harita, Hia, Hondrö, Hulu, Humendru, Hura, Hoya, Harimao, Lafau, Lahagu, Lahömi, La'ia, Luaha, Laoli, Laowö, Larosa, Lase, Lawölö, Lo'i, Lömbu, Lamölö, Lature, Luahambowo, Lazira, Lawelu, Laweni, Lasara, Laeru, Löndu go'o,Larosa, Maduwu, Manaö, Maru'ao, Maruhawa, Marulafau, Mendröfa, Maruabaya, Möhö, Marundruri, Mölö, Nazara, Ndraha, Ndruru, Nehe, Nakhe, Nadoya, Ote, Sadawa, Sa'oiagö, Sarumaha, Saro, Sihönö, Sihura, Sisökhi, Saota, Taföna'ö, Telaumbanua, Talunohi, Tajira, Wau, Wakho, Waoma, Waruwu, Wehalö, Warasi, Warae, Wohe, Zagötö, Zai, Zalukhu, Zamasi, Zamago, Zamili, Zandroto, Zebua, Zega, Zendratö, Zidomi, Ziliwu, Ziraluo, Zörömi, Zalögö, Zamago zamauze

2.6 Kepercayaan Asli Suku Nias
        Terjadi komplikasi dalam pengertian orang-orang di Nias Selatan mengenai keaslian agama kuno mereka sebagaimana telah disinggung di atas mereka dengan sederhana dewasa ini mengatakan bahwa Lowalani adalah pencipta atau pemerintah yang mempunyai hubunganerat dengan dunia atas, sedangkan Lature Dano adalah pembela, penjaga, dan pemerintah Dunia bawah. Di antara dewa atas dan dewa bawah, ada lagi dewi yang disebut Nazariya Mbanua, istilah orang Nias Selatan untuk menyebut dewi Silewe Nazarata. Silewe Nazarata(istilah Nias Utara yang dipakai sekarang adalah dewi penghubung di antara Lowalani (dewa dunia atas) dan Lature Danö (dewa dunia bawah) dan juga sebagai dewi penghubung di antara kaum dewa dan ummat manusia. Maka boleh dikatakan bahwa agama kuno Nias termasuk agama Polythesis.


        Selain itu bermacam ciptaan dan makhluk yang dipersonifikasikan lalu disembah oleh orang Nias. Benda ciptaan dan makhluk ini meliputi matahari, bulan, pohon-pohon besar, buaya, cecak dan lain-lain. Oleh sebab itu, agama orang Nias itu bukan hanya polytesis tetapi juga animistis. Pelbegu, adalah nama agama asli yang diberikan oleh pendatang yang berarti "penyembah ruh". Nama yang dipergunakan oleh penganutnya sendiri adalah molohe adu (penyembah patung). Sifat agama ini adalah berkisar pada penyembahan roh leluhur. Untuk keperluan itu mereka membuatn patung-patung dari kayu yang mereka sebut "adu". Patung yang ditempati oleh ruh leluhur disebut adu zatua dan harus dirawat dengan baik.
        
        Pada umumnya, setiap keluarga memahat patung nenek moyang mereka masing-masing (adu Nuwu dan adu Zatua).  Setiap desa juga memahat patung kesatria mereka (adu Zato).  Orang harus menyembah kedua jenis patung ini demi hubungannya dengan keluarga dan masyarakat desanya.
         Adu Zato itu adalah patung para pendiri desa, patriot, berbakat, pemburu yang hebat dan sebagainya. Pasangan adu Zato dan adu Nuwu atau adu Zatua tak boleh disembah secara terpisah.


        Oleh karena setiap keluarga memahat patung nenek moyangnya masing-masing dan mereka menganggap patung-patung itu sebagai illah mereka, maka upacara dan sikap keagamaan para keluarga di desa selalu bervariasi satu sama lain. Setiap orang berkata "Tuhanku adalah nenek moyangku" yang berarti dia dan Tuhannya lain dari pada orang dan illah keluarga lain.
         Menurut kepercayaan penganut pelbegu ini, tiap orang mempunyai dua macam tubuh, yaitu yang kasar dan yang halus. Yang kasar disebut boto (jasad) dan yang halus terdiri dari dua macam yaitu noso (nafas) dan lumo-lumo (bayang-bayang). Jika mati atau meninggal, botonya kembali menjadi debu, sedangkan nosonya kembali kepada lowalangi (Tuhan).
Sedangkan lumo-lumonya berubah menjadibekhu (makhluk halus). Selama belum dilakukan upacara kematian, bekhu akan tetap berada di sekitar tempat pemakamannya. Karena menurut kepercayaan, untuk pergi ke teteholi ana'a (dunia ruh atau gaib), Ia haruslebih dahulu menyeberangi suatu jembatan yang di sana dijaga ketat oleh seorang dewa penjaga bersama mao-nya didorong masuk ke dalam neraka yang berada di bawah jembatan. 
        Menurut kepercayaan pelbegu, kehidupan sesudah mati adalah kelanjutan dari kehidupan sese orang di dunia. Orang yang kaya atau berkedudukan tinggi maka akan begitu pula keadaannya di "teteholi ana'a. Sebaliknya demikian juga bagi mereka yang miskin. Perbedaan dunia sana dengan dunia sini yaitu terletak pada keadaan "terbalik" yaitu jika di sini siang maka di sana malam, demikian juga kalimat dalam bahasa di sana serba terbalik.
        Dikemukakan oleh Koentjaraningrat, berlandaskan kepada suatu kebudayaan Megalithik, yang rupa-rupanya telah mereka bawa dari benua Asia pada zaman perunggu, mereka telah mengembangkan suatu kebudayaan sendiri, ialah kebudayaan Megalithik yang bukan berdasarkan pengurbanan kerbau melainkan babi.
        Menurut keterangan Bamböwö Laia, orang Nias mempercayai bahwa manusia itu hanyalah sebagai ciptaan biasa dari dewa-dewa, sebagian dari ciptaan lainnya, Manusia itu adalah "babi dewa-dewa (illah)". Bila dewa berselera memakan daging "babi" (dalam hal ini, "babi" adalah manusia) maka secara bebas dewa mengambil dan membunuh satu atau lebih "babi"nya. Itulah maka "babi" merupa kan unsur penting dalam kebudayaan Nias. Budaya megelitik dengan kepercayaan inilah maka babi tidak bisa dipisahkan dalam acara adat masyatakat Nias.


2.7 Sistem Perkawinan dalam Suku Nias
        
Böwö adalah sebutan mahar dalam sistem adat perkawinan di Nias. Etimologi böwö adalah hadiah, pemberian yang cuma-cuma. Jadi, arti sejati böwö mengandung dimensi aktualisasi kasih sayang orangtua kepada anaknya: bukti perhatian orangtua kepada anaknya.
       Kebiasaan masyarakat Nias jika pesta perkawinan banyak sekali yang harus di-folaya (dihormati dengan cara memberi babi). Selain itu, babi pun banyak yang harus disembelih dengan berbagai macam fungsional adatnya, misalnya: tiga ekor bawi wangowalu (babi pernikahan), seekor babi khusus untuk fabanuasa (babi yang disembelih untuk dibagikan ke warga kampung dari pihak mempelai perempuan) , seekor untuk kaum ibu-ibu (ö ndra’alawe) yang memberikan nasehat kepada kedua mempelai, seekor untuk solu’i (yang menghantar mempelai wanita ke rumah mempelai laki-laki), dan masih banyak lagi babi-babi yang disembelih.
        Selain yang disembelih, ada juga babi yang dipergunakan untuk “famolaya sitenga bö’ö“. Antara lain: sekurang-kurangnya seekor untuk “nga’ötö nuwu” (paman dari ibu mempelai perempuan), sekurang-kurangnya seekor sampai tiga ekor untuk “uwu” (paman mempelai perempuan), seekor untuk talifusö sia’a (anak sulung dari keluarga mempelai perempuan), seekor untuk “sirege” (saudara dari orangtua mempelai perempuan), seekor untuk “mbolo’mbolo” (masyakat kampung dari pihak mempelai perempuan, biasanya babi ini diuangkan dan uang itu dibagikan kepada masyarakat kampung), seekor untuk ono siakhi (saudara bungsu mempelai perempuan), seekor untuk balö ndela yang diberikan kepada siso bahuhuo, dsb (dan jika pas hari “H” perkawinan, ibu atau ayah atau paman, atau sirege dari pihak saudara perempuan menghadiri pesta perkawinan, maka mereka-mereka ini juga harus difolaya, biasanya seekor hingga tiga ekor babi). Dan masih ada pernik lain, yakni fame’e balaki atau ana’a (ritual memberi berlian atau emas), berupa famokai danga kepada nenek dan ibu mempelai perempuan; juga fame’e laeduru ana’a khö ni’owalu (pemberian cincin kepada mempelai perempuan, cincin itu diharuskan emas).

2.8 Mata Pencaharian
1. Pertanian
Bidang pertanian merupakan salah satu mata pencaharian bagi masyarakat Nias, terutama yakni tanaman pangan. Pertanian merupakan penunjang bagi keberlangsungan kekerabatan bagi masyarakat Nias untuk saling berbagi di masa-masa susah. Kebersamaan dalam mengolah tanaman pertanian terlihat jelas dalam kegiatan gotongroyong dalam membuka lahan maupun pada saat dilaksanakan penanaman tanaman tersebut, kebersamaan juga terjalin saat panen tiba.
2. Perkebunan
Tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Nias adalah tanaman perkebunan rakyat dengan komoditi andalan karet, kelapa, kakao dan beberapa komoditi yang lain seperti kopi, cengkeh, pala dan nilam. Hasil tanaman perkebunan rakyat dari Kabupaten Nias pada umumnya hampir seluruhnya dijual keluar daerah dalam bentuk bahan mentah, melalui para pedagang baik lokal maupun luar daerah.
3. Kehutanan
Nias terdiri dari beberapa hutan antara lain : hutan lindung, hutan produksi, hutan produksi dan hutan konversi.
4. Peternakan
Ternak yang paling dominan adalah ternak babi, kambing, sapi, kerbau, unggas berupa ayam dan itik.
5. Perikanan
hasil produksi ikan di Nias selama antara lain terdiri dari produksi ikan laut, produksi ikan air tawar, ikan yang berasal dari sungai, ikan rawa, ikan kolam, dan ikan tambak.
6 Perindustrian
Di Nias terdapat beberapa unit perusahaan/usaha industri kecil.
2.9 Keadaan Masyarakat Sekaranga. Pendidikan
Pendidikan merupakan patokan utama yang mendukung sumber daya pada masyarakat Nias. Kemajuan teknologi dan masuknya berbagai komunitas dan hal-hal modernisasi pada masyarakat Nias telah mengubah perspektif untuk lebih meningkatkan pendidikan. Jika dulu kebanyakan orangtua masih bersifat primitif dengan konsep perempuan sebagai pekerja rumah dan laki-laki sebagai pengubah kondisi keluarga namun dengan di berikannya kesempatan untuk mengecap pendidikan sehingga perubahan dalam dunia pendidikan sudah menjadi konsumsi sehari-hari bagi orangtua dengan tidak pilih kasih dan mau menyekolahkan anaknya baik perempuan maupun laki-laki. Terlebih dengan adanya pembangunan-pembangunan pasca gempa tanggal 28 maret 2005 perubahan tersebut semakin tampak, setidaknya anaknya mengecap pendidikan SD dan tidak buta huruf.
b. Perumahan 
Rumah tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh penduduk karena fungsi utama sebagai tempat berlindung bagi anggota rumahtangga. Menurut kepemilikannya pada tahun 2005, Nias dalam angka, BPS terdapat 76.962 rumahtangga di Kabupaten Nias yang mendiami rumah bangunan fisik artinya bukan tinggal di tenda/camp/barak. Perinciannya yakni; 65.120 rumahtangga diantaranya mempunyai status milik sendiri, 1.407 rumahtangga mengontrak, 850 rumahtangga menyewa, 1.579 rumahtangga bebas sewa, 854 rumahtangga mnempati rumah dinas, 6.904 rumahtangga menempati rumah milik orangtua/keluarganya.
c. Perhubungan dan komunikasi
Tahun 2007, panjang jalan di daerah Kabupaten Nias adalah 2070, 37 km dengan kondisi permukaannya yang sudah di aspal sepanjang 466,92 km, jalan yang masih ada kerikil seluas 313,21 km dan jalan yang berupa tanah seluas 1.20, 44 km. Sarana komunikasi yang digunakan semakin bervariasi mulai dari penggunanan jasa telekomunikasi hingga dunia maya atau internet. Untuk jasa telepon, jumlah sambungan telepon yang ada di Kabupaten Nias pada tahun 2007 sebanyak 2.361 sambungan.
d. Transportasi
Tahun 2007 seluruh ibu kota Kecamatan di Kabupaten Nias kecuali kecamatan Afulu telah dapat dilalui bus umum yang memiliki izin trayek dari kota Gunungsitoli ke masing-masing ibukota kecamatan. Sarana transpotasi ada berbagai macam baik berupa roda dua hingga roda empat, mulai dari sepeda motor, becak bermotor hingga angkutan umum. Transportasi laut Kabupaten Nias memiliki 3 pelabuhan laut yaitu; pelabuhan laut Sirombu, Lahewa yang melayani pelayaran rakyat khususnya pengangkut barang dan penumpang sedangkan pelabuhan laut Gunungsitoli melayani pelayaran nasional masyarakat Nias yang berasal dari Medan, Sibolga dan sebagainya. Pelayaran ini juga mengangkut barang dan penumpang.
2.10 Bahasa Nias
Bahasa Nias, atau Li Niha dalam bahasa aslinya, adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di Pulau Nias. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa di dunia yang masih belum diketahui persis dari mana asalnya.
Bahasa Nias merupakan salah satu bahasa dunia yang masih bertahan hingga sekarang dengan jumlah pemakai aktif sekitar setengah juta orang. Bahasa ini dapat dikategorikan sebagai bahasa yang unik karena merupakan satu-satunya bahasa di dunia yang setiap akhiran katanya berakhiran huruf vokal.Bahasa Nias mengenal enam huruf vokal, yaitu a,e,i,u,o dan ditambah dengan ö (dibaca dengan "e" seperti dalam penyebutan "enam" ).
Penulisan
Untuk menulis sebuah kalimat dalam bahasa nias, harus memperhatikan beberapa aturan :
*Dalam penulisan kata yang terdapat huruf double harus menggunakan tanda pemisah (') contoh kata : Ga'a
*Semua kata dalam bahasa nias asli selalu ditutup oleh huruf vokal.
2.11 Kebudayaan Suku Nias Beraneka Ragam Kebudayaan  Suku Nias ialah warisan Leluhur yang sangat berharga :
* Hombo Batu (Lompat Batu)








* Tari Perang


* Tari Maena

* Tari Moyo

* Tari Mogaele

* Omo Hada(Rumah Adat)

*Baru Oholu (Pakaian Adat)



BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat diambil bahwa keanekragaman suku yang ada di Indonesia itu beragam. Perbedaan ras termasuk ke dalam diferensasi sosial, sehingga tidak ada ras yang lebih tinggi kedudukannya di suatu tempat. Jadi, sudah sebaiknya tidak terjadi konflik sosial yang timbul atas dasar primordialisme.

7 Fakta Unik Kebudayaan Suku Nias - Supramex Vendirwan Duha


7 Fakta Unik Kebudayaan Suku Nias

Gambar
Nias merupakan pulau terbesar diantara deretan pulau-pulau kecil di sebelah Barat Pulau Sumatera.  Kebudayaan Nias merupakan kebudayaan yang telahir secara mandiri tanpa ada pengaruh Islam dan Kristen seperti halnya kebudayaan lain di Indonesia. Berikut ini adalah fakta unik seputar kebudayaan Nias :

Bangunan Megalitikum

Bentuk bangunan yang ada di kebudayaan ini lebih dekat pada hasil kebudayaan Megalitikum. Hal ini dapat dilihat dari tumpukan bebatuan besar yang dijadikan bangunan atau sembahan masyarakat adat Nias. Kebudayaan unik lainnya pun terlihat dari kebiasaan orang Nias untuk mengurbankan Kerbau sebagai persembahan kepada para leluhur.

Pengaruh Kristen dan Islam

Kebudayaan ini mulai berubah pada tahun 1830 dan berkembang setelah kehadiran para misionari dari Jerman di tahun 1865. Adapun pengaruh Islam masuk ketika orang-orang Nias melakukan perdagangan dengan orang Aceh dan Melayu pada tahun 1966.

Ono Niha

Ono Niha adalah sebutan bagi masyarakat Nias yang berarti ‘anak manusia’. Orang-orang ini dianggap memiliki warna kulit yang lebih kuning dibandingkan dengan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Tidak Kenal Konsonan di Akhir Kata

Masyarakat Nias menggunakan bahasa rumpun Melayu-Polinesia dengan karakter vokalisasi yang tidak mengenal huruf konsonan di akhir kata. Téllo adalah logat bahasa yang digunakan orang Nias di bagian Barat, Timur, dan Utara. Sementara itu, masyarakat Nias di bagian Tengah, Selatan, dan kepulaun Batu menggunakan logat lain.

Benteng Pertahanan U

Banua-banua atau desa-desa yang terletak di kepulauan Nias ini kebanyakn sulit untuk didatangi. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pertahanan musuh pada zaman dulu. Keunikan dari bentuk desa di Nias adalah berbentuk U dengan posisi paling ujung merupakan rumah dari Kepala Negri (Tuhénori) atau kepala desa (Salawa) dan di depannya merupakan lapangan. Sedangkan di sebelah kanan dan kiri adalah rumah penduduk.

Omo - RUMAH

Omo adalah sebutan untuk rumah bagi orang Nias. Ada dua macam bentuk rumah orang Nias,Omo Hada (rumah adat) dan Omo Pasisir Rumah biasa yang telah terpengaruh oleh budaya luar. Omo Hada merupakan rumah kediaman para Tuhénori, Sawala, dan para bangsawan. Bentuknya yang sangat megah terbuat dari kayu dengan lantai beralasakan daun rumbia.
Ada dua macam bentuk untuk rumah adat berbentuk bulat dan persegi panjang dengan penompang tiang yang besar dan tinggi menjadikan rumah panggung yang megah. Di pelataran rumah adat terdapat bangunan-bangunan megalitikum seperti tugu batu yang disebut Saita Gariuntuk sebutan orang Nias dibagian Selatan, Béhu di Tenggara, dan Gowé Zalava di Utara,Timur, dan Barat.

Daro-daro dan Pesta Besar

Selain itu ada juga tempat duduk yang terbuat dari batu dengan sebutan daro-daro atau haréfa.Pada zaman dahulu, bangunan-bangunan tersebut didirikan oleh oleh pemilik rumah sebagai tanda bahwa mereka telah mengadakan pesta adat yang sangat besar.
Ya'ahowu
Jangan Lupa Tinggalkan Jejak